Banyak sekali orang disekitar kita suka merokok dan dengan berbagai alasan mengapa mereka menyukai hal itu. Alasan yang paling sering saya dengar adalah merupakan kebutuhan pokok yang disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ato kadang-kadang para smookers selalu beranggapan "gak makan asal ngerokok udah kenyang". Sering kita jumpai kantor pemerintahan or kantor swasta para pegawai selalu menyempatkan diri untuk merokok sambil ngobral-ngobrol meskipun saat itu adalah jam kerja. Meskipun sering kita jumpai di tempat publik sudah tertera "DILARANG MEROKOK", tetep aja gak digubris. Kalaupun ada peraturan baru yang melarang, toh itu hanya sebuah tulisan di kertas putih, tanpa pernah terlaksana. Maksudnya hanya awal-awal mungkin sering dilakukan "penertiban", tapi biasanya gak lama.
Industri rokok boleh dibilang tak ada matinya. Menurut saya, meskipun dalam beberapa periode seperti pada bulan ini, harga rokok selalu naik. Tetep itu tidak membuat smookers berkurang. Malah semakin bermunculan industri rokok dengan menawarkan harga murah. Konsumen yang menyukai jenis rokok ini kebanyakan dari kalangan kebawah seperti buruh bangunan. Banyak sekali penjual baik warteg dan toko kecil/super/hyper selalu menyediakan jenis barang ya rokok ini. Meskipun para produsen ini berjualan saling berdekatan, toh hasil penjualan yang paling laku adalah rokok. “Pemerintah masih menganggap kebiasaan merokok di masyarakat memberikan manfaat ekonomi yang sangat besar. Pendapatan negara dari rokok sebesar 32 triliun di tahun 2005, ini menunjukkan besarnya pendapatan dari cukai tembakau,” kata Pak Laksono dalam Diskusi Multidisiplin ‘Kontroversi Kebijakan Rokok’, Sabtu (31/5) di Balai Senat UGM.
Manfaat besar secara ekonomi dari rokok, menurut Pak Laksono selama ini tidak mempertimbangkan kerugian besarnya biaya di masa depan yang tidak diperhitungkan, diantaranya besarnya biaya pengobatan berbagai penyakit akan timbul di masa mendatang dalam 25-40 tahun, produktifitas perokok yang menurun akibat penurunan fungsi paru dan peredaran darah serta kondisi fisik yang tidak fit.
Seperti yang saya baca dari Kabar UGM online, Masyarakat Indonesia mengkonsumsi rokok 178,3 miliar batang rokok per tahun. Angka ini merupakan angka tertinggi kelima di dunia, setelah Cina (1297,3 miliar batang), AS (462,5 miliar batang), Rusia (375 miliar batang), dan Jepang (299,1 miliar batang). Simak pula perkembangan konsumsi rokok berikut. Selama 30 tahun, terjadi peningkatan yang cukup tajam terhadap konsumsi rokok, dari sebelumnya 33 miliar batang per tahun di tahun 1970, meningkat tujuh kali lipat hinnga 217 miliar batang di tahun 2000. Memang peningkatan prevalensi merokok ini merupakan fenomena umum di negara berkembang. Namun di Indonesia prevalensi merokok di kalangan laki-laki dewasa di Indonesia termasuk yang sangat tinggi.
Lalu apa yang bisa kita simpulkan dari data di atas? Di samping banyaknya jumlah perokok yang akan menderita penyakit, mereka juga akan segera menjadi miskin. Lho, kok bisa? Sebab, kenyataan menunjukkan bahwa seiring dengan meningkatnya prevalensi merokok maka akan diikuti semakin besarnya jumlah angka penduduk miskin. Kemiskinan dan merokok merupakan dua hal yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Seseorang yang membakar rokok tiap hari berarti telah kehilangan kesempatan untuk membeli kebutuhan esensial bagi anak dan keluarganya.
Terutama dampak rokok pada pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak, sehingga kapasitas untuk hidup lebih baik di usia dewasa menjadi sangat terbatas. Selain itu, kemungkinan besar sang ayah memiliki risiko lebih cepat meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok.
Dan yang paling menakutkan yang ditimbulkan dari merokok adalah kesehatan. Banyak sekali penuakit yang ditimbulkan rokok, seperti yang tertulis dalam sebuah buku yang ditulis oleh A. Jaken T yang berjudul “Bye… Bye… Smoke” menyatakan ada 25 jenis penyakit yang diduga disebabkan oleh rokok seperti ganguan jantung, emfisema, bronchitis, kemandulan, dan impotensi. Beberapa kanker juga disebutkan seperti kanker paru, kanker mulut, kanker tenggorokkan, kanker pankreas, kanker kandung kemih, leukemia, dan kanker leher rahim.